Rabu, 05 Oktober 2011

Negara Terbaik untuk Bisnis, Bagaimana RI?

,
Pembangunan Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu - Tanah Abang (VIVAnews/Muhamad Solihin)
BERITA TERKAIT
  • Bank Dunia: 2012, Indonesia Tumbuh 6,3%
  • Negara-negara Terbaik untuk Bisnis
  • BKPM: Fondasi Ekonomi Indonesia Kuat
  • Modal RI di Tengah Krisis Global
  • Hatta: Ekonomi Indonesia Waspada

VIVAnews - Majalah Forbes menempatkan Kanada sebagai negara terbaik untuk bisnis. Kanada mengalahkan negara-negara Amerika Serikat dan Eropa yang tengah dilanda resesi.

Dalam penetapan ini, Forbes mempertimbangkan beberapa faktor, seperti pajak, hak milik, inovasi, teknologi, korupsi, kebebasan (pribadi, perdagangan, dan moneter), perlindungan investor, dan kinerja pasar saham.

Di Asia Tenggara, peringkat terbaik justru ditempati Singapura. Negara yang pada 2010 lalu tumbuh 14,5 persen dan memiliki rata-rata pendapatan per kapita US.600. Secara keseluruhan, Singapura menempati posisi ke enam setelah Kanada, Selandia Baru, Hong Kong, Irlandia, dan Denmark.

Singapura memiliki ekonomi pasar bebas yang sangat maju dan sukses. "Ia sangat terbuka dan bebas korupsi, harga yang stabil, dan PDB per kapita lebih tinggi dari sebagian besar negara maju," tulis laporan Forbes.

Perekonomian Singapura sangat tergantung pada ekspor, terutama barang elektronik, produk-produk teknologi informasi, dan farmasi. Sektor jasa keuangan juga tumbuh cepat. Pertumbuhan PDB riil rata-rata 7,1 persen antara 2004 hingga 2007. Pertumbuhan ekonomi 2009 hanya 1,3 persen sebagai akibat dari krisis keuangan global, namun rebound hampir 14,7 persen pada 2010.

"Singapura telah menarik investasi besar dalam produksi farmasi dan teknologi medis. Mereka akan melanjutkan upaya untuk mendirikan Singapura sebagai pusat keuangan Asia Tenggara dan teknologi tinggi."

Selanjutnya adalah Malaysia yang menduduki peringkat ke 34. Malaysia memiliki pertumbuhan ekonomi 7,2 persen dan pendapatan per kapita US.700. Negara berpenghasilan menengah ini telah mengubah dirinya sejak 1970 dari produsen bahan mentah menjadi ekonomi multi sektor.

Di bawah Perdana Menteri Najib saat ini, Malaysia berusaha mencapai status yang berpenghasilan tinggi pada 2020, dan terus bergerak lebih jauh dengan memberi nilai tambah dengan menarik investasi di bidang keuangan Islam, industri teknologi tinggi, bioteknologi, dan jasa.

Pemerintahan Najib juga melanjutkan upaya meningkatkan permintaan domestik dan mengurangi ketergantungan ekonomi pada ekspor. Namun demikian, ekspor --khususnya elektronik, minyak dan gas, kelapa sawit, dan karet-- tetap menjadi penggerak yang signifikan pada perekonomian. Sebagai pengekspor minyak dan gas, Malaysia memiliki keuntungan dari harga energi dunia lebih tinggi. Meski demikian, meningkatnya biaya bensin dan solar dalam negeri memaksa pemerintah disaring memotong subsidi bahan bakar.

"Pemerintah juga berusaha mengurangi ketergantungan pada produsen minyak negara Petronas, yang memasok lebih dari 40 persen dari pendapatan pemerintah," tulis keretangan itu.

Sementara itu Thailand menempati posisi ke 66. Dengan infrastruktur yang dikembangkan, perekonomian bebas, kebijakan pro-investasi, dan industri ekspor yang kuat, Thailand menikmati pertumbuhan yang solid 2000-2007 rata-rata lebih dari 4 persen per tahun, sejak pulih dari krisis keuangan Asia 1997-1998.

Ekspor Thailand yang sebagian besar mesin dan komponen elektronik, komoditas pertanian, dan perhiasan, terus mendorong perekonomian. Krisis keuangan global 2008-2009 sangat mengurangi ekspor Thailand. Pada 2009, perekonomian mengalami kontraksi 2,2 persen. Pada 2010, ekonomi Thailand tumbuh 7,6 persen, laju tercepat sejak 1995, karena ekspor rebound dari tingkat depresi 2009.

Protes antipemerintah selama Maret-Mei telah berdampak sementara pada kepercayaan bisnis. Sektor pariwisata terpukul keras selama protes berlangsung. Namun, pemulihan yang cepat membantu meningkatkan kepercayaan. Pasar saham Thailand tumbuh hampir 5 persen selama periode tiga-bulan pertama tahun ini. "Perekonomian Thailand mungkin akan terus tumbuh dengan baik pada 2011."

Sementara itu Indonesia menduduki peringkat ke 75 dari 134 negara tujuan bisnis terbaik. Indonesia telah melewati krisis keuangan global relatif lancar karena ketergantungan pada konsumsi domestik sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan investasi baik oleh investor lokal maupun asing juga mendukung pertumbuhan yang solid.

Meskipun pertumbuhan ekonomi pada 2009 hanya 4,5 persen jauh lebih rendah dari rata-rata 6 persen sejak krisis 2008, pada 2010 pertumbuhan kembali ke tingkat 6 persen. Selama resesi, Indonesia mengungguli sebagian besar tetangga regional. Pemerintahan Yudhoyono telah membuat kemajuan ekonomi dengan memperkenalkan reformasi signifikan di sektor keuangan, termasuk pajak, bea cukai, dan penggunaan superivisi pada lembaga keuangan dan pasar modal.

Rasio utang terhadap PDB dalam beberapa tahun terakhir terus menurun karena pertumbuhan PDB yang semakin kuat dan penata layanan fiskal yang sehat. Kondisi  ini membuat dua dari tiga lembaga kredit terkemuka meng-upgrade peringkat kredit utang Indonesia satu level di bawah investment grade.

"Sayangnya Indonesia masih berjuang dengan kemiskinan dan pengangguran, korupsi, infrastruktur, peraturan lingkungan yang kompleks, serta distribusi sumber daya yang tidak merata," tulis Forbes. (eh)

0 komentar to “Negara Terbaik untuk Bisnis, Bagaimana RI?”

Posting Komentar

 

Blog Berita Online Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger